Strategi Guru Menanggulangi Kenakalan Siswa ; Baca Remaja

  1. Pendahuluan

Guru merupakan tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. Guru berfungsi meningkatkan martabat dan sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional1.

Guru juga sebagai pembimbing, pendidik, pembaharu, contoh dan teladan, pencari dan penyelidik, penasehat, pencipta, pencerita dan pelakon, rekan dan kawan pelajar, jelas menunjukkan bahwa menjadi seorang guru merupakan suatu tuntutan yang harus mengembangkan visi anak didik tentnag apa yang baik dan mengembangkan potensi anak didik2.

Menurut Sardiman Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses pembelajaran yang turut serta dalam pembentukkan perkembangan sumber daya manusia di bidang pendidikan3.

 Kemenag RI, Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru, (universitiy press), 9Ibid, 18, 19N. Yustisia, Hypno Teaching, (Ar-Ruzz Media), 18, 19 

Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani maupun rohani, secara formal, informal, maupun non formal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi, baik nilai insaniyah maupun ilahiyah4.

Menurut Noeng muhadjir mendefinisikan pendidikan secara luas yaitu mengembangan pribadi dalam semua aspeknya5. Yang dimaksud “pengembangan pribadi” mencakup pendidikan oleh diri sendiri, lingkungan, dan orang lain. Sementara kata “semua aspek” mencakup aspek jasmani, akal, dan hati.

Dengan demikian tugas pendidikan bukan sekedar meningkatkan kecerdasan intelektual, malainkan pula mengembangkan seluruh aspek kepribadian anak didik. Pendidikan Islam sebagai wadah pengembangan akal dan pikiran, pengarah tata laku dan perasaan tentu saja berdasarkan nilai ajaran islam, agar nilai tersebut dapat diserap dalam kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan harus sesuai dengan alur pikiran sehat dalam memandang realitas kehidupan sehingga sisi kehidupan yang akan diraih dapat diupayakan .

 4. Moh. Haitami Salim & Syamsul Kurniawan, Study Ilmu Pendidikan Islam, (Ar-Ruzz      Media, Yogyakarta, 2012),  295. Ibid, 28

Islam memberikan kesempatan yang luas kepada akal untuk berkreasi dan berfikir. Keimanan yang secara sepintas harus diterima secara pasrah, bukan berarti mematahkan dan mematikan krativitas akal, melainkan agar perasaan dan naluri manusia dapat berjalan untuk mengimbangi tindakan yang dilakukan agar sesuai dengan yang digariskan oleh syar’ie. Naluri yang tunduk (ta’abud) adalah tujuan tuhan menciptakan manusia, baik invidu, maupun kelompok6.

            Dengan pendidikan diharapkan akan terbentuk generasi muda yang kreatif, inovatif, memiliki pengetahuan dan budi pekerti yang luhur sehingga mereka mampu untuk berkopetensi dalam kehidupan globalisasi seperti sekarang ini sesuai dengan tuntutan masyarakat. Tanpa adanya pendidikan masyarakat tidak akan bisa berkembang dan memenuhi tuntutan masyarakat.        

Kita tahu bahwa para siswa, secara mayoritas yang melakukan kenakalan remaja merupakan siswa yang sedang menjalani masa-masa remaja. Dari aspek psikologi kebanyakan remaja yaitu usia 11 – 22 tahun adalah suatu tahap perkembangan yang bersifat transisi dan masih labil. Fase ini merupaka fase penting dalam rangkaian tahap perkembangan baik fisik maupun psikis. Perkembangan aspek fisik yang ditandai adanya perubahan fisik serta bertambahnya tinggi badan dan berat badan. Perubahan oto serta munculnya tanda–tanda seksual sekunder, perkembangan aspek psikis meliputi keadaan emosi, kognisi, dan pemahaman terhadap dirinya, perkembanagan aspek sosial dalam melakukan interaksi.

 6. Ibid, hlm 35

                Menurut prof. Dr. Zakiah Daradjatdalam buku Imam Musbikin yang berjudul Mengatasi Kenakalan Remaja mengatakan bahwa remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak–kanak menuju ke dewasa atau perjalanan masa kanaka – kanak sebelum masa dewasa7.

            Secara keseluruhan siswa, terutama bagi mereka yang sudah duduk di SLTP hingga SLTA, pada hakikatnya mereka adalah siswa–siswi yang tengah berada pada usia remaja usia perubahan. Karena itu istilah “adolesensi” diartikan dengan “remaja dalam pengertian yang luas meliputi semua perubahan”. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12 sampai 21 tahun. Sedangkan dinegara kita ada yang menggunakan istilah akil baligh atau pubertas. Dalam perkembangan kepribadian, masalah remaja merupakan salah satu tahap yang dialami oleh setiap manusia.

Untuk membentuk sikap islami atau etika terpuji, maka perlu adanya bimbingan dan pengawasan serta penyuluhan pendidikan dalam bidang keagamaan sebab agama islam diwahyukan oleh Allah SWT kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW melalui malaikat Jibril untuk meneruskan kepada umat manusia sebagai pedoman atau petunjuk agar manusia tidak terjerumus ke jurang kemusrikan dan kerusakan moral yang berkepanjangan.

 7. Imam Musbikin, Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja, (Zanafa Publishing 2013), 3

            Selain itu peran masyarakat setelah keluarga dan sekolah juga memiliki tanggung jawab terhadap generasi muda (anak – anak remaja) untuk ikut serta mengotrol dan melindungi mereka dari tindakan yang dapat merusak nilai – nilai luhur agama dan berupa aspek pokok yang terkandung di dalam serta norma – norma hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

            Agama Islam diturunkan untuk meluruskan perilaku manusia dan segala bentuk kehidupan yang bersifat individu maupun sosial, maka mustahil Allah memberikan beban atau cobaan yang melebihi kemampuan hamba – Nya karena ia maha tahu akan hamba – Nya baik jasmani maupun rohani seperti yang dijelaskan dalam Al – Qur’an surat Al – Baqarah 268:

“ Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia[170]. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui8.

Kejahatan dan kenakalan remaja tidak dapat dilepaskan dari konteks kondisi sosial budaya zamannya. Sebab setiap priode sifatnya khas, dan memberikan jenis tantangan khusus kepada generasi mudanya sehingga anak – anak muda ini mereaksi dengan cara yang khas terhadap stimuli sosial yang ada9.

Masalah prilaku atau moral tidak lepas dari masalah kenakalan remaja yang terjadi pada kalangan remaja. Akhir–akhir ini melalui alat komunikasi, baik melalui bacaan atau layar televisi. Remaja banyak dijadikan obyek pembahasan para ahli pendidikan salah satu pengaruh terhadap kenakalan remaja adalah media cetak dan elektronik. Mereka menganggap bahwa melihat kejahatan pada tayangan televisi dapat merangsang remaja untuk mencoba melakukan kejahatan dan kenakalan.

Bentuk – bentuk kenakalan remaja yang dikatagorikan cukup jelas dapat diklasifikasikan melanggar hukum atau terlibat kriminalitas itu sendiri seperti membunuh, melakukan penganiayaan, melakukan pemerkosaan, free sex (sex bebas). Bahkan akhir – akhir ini yang cukup membahayakan adalah aspek negatif yang biasa merusak fisik maupun mentalitas remaja karena dijadikan kalangan remaja sebagai obyek atau sarana strategis untuk dijadikan sasaran narkoba.

Beberapa faktor penyebab kenakalan remaja yang nampak dalam kutipan di atas, dapat diamati bahwa faktor–faktor tersebut bersumber pada tiga keadaan yang terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu cara untuk mengatasinya merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, guru di sekolah, dan masyarakat.

 8. Depag RI, Al – Qur’an dan Terjemahannya, (Al-Baqarah), 2689.  Kartini Kartono, Patologi sosial 2 Kenakalan Remaja, (Raja Grafindo Persada, Jakarta     2013), 101 

Kegiatan pendidikan di sekolah, sampai sekarang masih merupakan wahana sentral dalam mengatasi berbagai bentuk kenakalan remaja yang terjadi. Oleh karena itu segala apa yang terjadi dalam lingkungan sekolah senantiasa mengambil tolak ukur aktifitas pendidikan di sekolah. Hal ini cukup didasari oleh para guru dan pengelolaan lembaga pendidikan, dan mereka melakukan berbagai upaya untuk mengatisipasi dan memaksimalkan kasus – kasus yang terjadi akibat kenakalan remaja.

Berkaitan dengan hal tersebut maka upaya untuk mendidik dan membina generasi muda perlu terus ditingkatkan dan mulai sejak dini, salah satunya melalui pendidikan Aqidah Akhlaq. Hal utama yang harus diterapkan adalah penanaman melalui pendidikan Aqidah Akhlaq baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, tidak terkecuali orang tua sebagai pendidik di dalam rumah.

  • Pembahasan
  • Pengertian Guru

Dalam UU no 14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen bahwa guru adalah Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah1.

Menurut Poerwadarminta pendidik adalah orang yang mendidik2. Adapun pengertian pendidik menurut istilah dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam, diantaranya adalah : Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik.

 1. Kemenag RI, Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru, (universitiy press), 82. Moh. Haitami Salim & Syamsul Kurniawan, Study Ilmu Pendidikan Islam, (Ar-Ruzz        Media, Yogyakarta, 2012), 1353. Ibid, 136 dan 1374. N. Yustisia, Hypno Teaching, (Ar-Ruzz Media), 15               

Hadari Nawawi menyatakan bahwa pendidik ialah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas3.

      Menurut Shambuan Guru berasal dari bahasa India, yang bermakna orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara4.

  • Tugas Guru

Berkaitan dengan pelaksanaan tugas menghadapi para peserta didik telah dikemukakan para ahli pendidikan. Ibn Khaldun berpendapat bahwa seorang pendidik hendaknya mendidik secara bertahap, mengulang-ngulang sesuai dengan pokok bahasan dan kesanggupan peserta didik, tidak memaksakan atau membunuh daya nalar peserta didik, tidak berpindah satu topik ke topik yang sebelum topik pertama dikuasai, tidak memandang kelupaan sebagai suatu aib, tetapi agar mengatasinya dengan jalan mengulang.

Maka sekurang-kurangnya terdapat tiga jenis tugas pendidik, ialah:

  1. Tugas Dalam Bidang Profesi

Pendidik adalah orang–orang yang bekerja dalam bidang pendidikan yang ikut bertanggung jawab dalam membantu peserta didik mencapai kedewasaannya, yang tentunya orang–orang tersebut memiliki keahlian dalam menjalankan tugasnya yang berkaitan dengan pendidikan.

  • Tugas Dalam Bidang Kemanusiaan

Pendidikan yang bersifat membantu mengembangkan potensi peserta didik, meletakkan pendidik pada sosok yang berperan sebagai fasilitator, dinamisator, dan mobilisator.

  • Tugas Dalam Bidang Kemasyarakatan

Masyarakat menempatkan pendidik pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karenadari seorang pendidik diharapkan masyrakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti pendidik berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia seutuhnya (Insan Kamil)5.

  • Peran Guru di Sekolah

Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal. Hal yang akan dikemukakan di sini adalah peranan yang dianggap paling dominan ialah :

  1. Peran Guru Sebagai Demonstrator

Melalui perannya sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, Guru Hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya.

  • Peran Guru Sebagai Pengelola Kelas
 5. Moh. Haitami Salim & Syamsul Kurniawan, Study Ilmu Pendidikan Islam, (Ar-Ruzz        Media, Yogyakarta, 2012),150 dan 153

Dalam perannya sebagai pengelola kelas, Guru hendaknya mampu mengelola sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi, lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.

  • Peran Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yag cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Untuk itu, guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik.

4)  Peran Guru sebagai Evaluator

Dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkna untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat atau belum. Maka dengan penilain, Guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan peserta didik terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

                        5) Peran Guru Dalam Pengadministrasikan

            Dalam hubunngannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan, sebagai berikut :

  1. Sebagai pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai kegiatan-

        kegiatan pendidikan.

  • Sebagai wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat, guru harus mencerminkan suasana dalam kemauan masyarakat dalam arti yang baik.
  • Sebagai orang yang ahli dalam mata pelajaran, guru bertanggung jawab mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan
  • Sebagai penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.
  • Sebagai pelaksana administrasi pendidikan, disamping sebagai pengajar, guru pun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mempu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi
  • Sebagai pemimpin generasi muda, masa depan peserta didik terletak di tangan guru. Yang artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarkat, khusunya masalah-masalah pendidikan.

6) Peran Guru Secara Pribadi

Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus berperan, antara lain :

  1. Sebagai petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat.
  2. Sebagai pelajat dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus-menerus menuntut ilmu pengetahuan
  3. Sebagai orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya
  4. Sebagai pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencari teladan yang baik untuk peserta didik, sebab guru merupakan ukuran bagi norma-norma tingkah laku
  5. Sebagai pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi peserta didik.

7) Peran Guru secara psikologis

Dilihat dari peran pendidikan secara psikologis, guru dipandang antara lain:

  1. Sebagai ahli psikologis pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologis.
  2. Sebagai seniman, yaitu orang yang mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu khususnya dalam kegiatan pendidikan.
  3. Sebagai pembentuk kelompok.
  4. Sebagai catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulakan pembaharuan atau innovator.
 6. Ibid, 154–160

Sebagai petugas kesehatan mental, yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental peserta didik6.

  • Kenakalan Siswa ; Remaja
  • Pengertian Siswa; Remaja

Menurut World Health Organization (WHO) Menyatakan Bahwa Remaja adalah suatu masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual13.

Dalam hal ini Csikszentimihalyi & Larson menyatakan bahwa remaja adalah “restrukturisasi kesadaran” atau perkembangan jiwa mulai dari kanak-kanak sampai dewasa.

Perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi entropy ke kondisi negentropy. Entropy adalah keadaan di mana kesadaran manusia masih belum tersusun rapi. Kondisi entropy ini selama masa remaja, secara bertahap

 12. H. Masan AF, M.Pd, Pendidikan Agama Islam Aqidah  Akhlaq, (PT. Karya Toha Putra)13. Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Rajagrafindo Persada, Jakarta 2012), 12  

disusun, diarahkan, distrukturkan kembali sehingga lambat laun terjadi kondisi negative entropy atau negentropy. Kondisi negentropy adalah di mana isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan pengetahuann yang lain dan pengetahuan jelas hubungannya dengan perasaan atau sikap14.

            Definisi Remaja untuk masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam ialah:

  1. Usia 11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria Fisik)
  2. Di banyak Masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh, baik menurut adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kreteria sosial)15.

Menurut Anna Freud mendefinisikan masa remaja adalah suatu proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka16.

 14. Ibid, hlm 1415. Ibid, hlm 1816. Imam Musbikin, Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja, (Zanafa publishing),  4

            Remaja pada umumnya mempunyai ciri-ciri khas pada awalnya ialah :

  1. Status tidak menentu
  2. Emosional tinggi
  3. Tidak stabil Keadaannya
  4. Mempunyai banyak masalah17.
  5. Pengertian Kenakalan Siswa; Remaja

Kenakalan remaja adalah kenakalan yang terjadi pada saat anak mulai beranjak dewasa. Jadi kenakalan remaja dalam konsep psikologi adalah juvenile deliquency secara etimologi dapat diartikan bahwa Juvenile berasal dari kata latin yang mana artinya ialah anak-anak atau anak muda. Sedangkan deliquency artinya terabaikan atau mengabaikan, maka dengan itu keduanya dapat diperluas menjadi jahat, asosial, pelanggar aturan, pengacau, peneror, kriminal, susila dan lain sebagainya.

Dari jabaran di atas maka yang dimaksud dengan juvenile deliquency adalah kenakalan remaja, namun pengertian tersebut diinterpretasikan berdampak negatif secara psikologis serta berdampak pada anak yang akan menjadi pelakunya18.

 17. Ibid, 518. Ibid, 12 –13

Pengaru sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah kriminal anak-anak remaja. Perilaku anak-anak remaja ini menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial, mayoritas juvenile deliquency berusia di bawah 21 tahun. Angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15 – 19 tahun dana sesudah umur 22 tahun, kasus kejahatan yang dilakukan oleh gank-gank deliquency jadi menurun19.

  • Bentuk-bentuk Kenakalan Siswa; Remaja

Masalah kenakalan adalah masalah yang menjadi perhatian orang dimanan saja, baik dalam masyarakat yang tidak maju, maupun dalam masyarakat yang terbelakang, karena kenakalan moral seseorang berakibat mengganggu ketentraman orang lain. Adapun bentuk-bentu kenakalan remaja, ialah :

  1. Membolos

Membolos pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan dari pihak sekolah, keadaan seperti ini sering terjadi karena mungkin mereka merasa bosan dengan suasana sekolah, ada pula yang beralasan terlambat.

 19. Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remmaja,(Raja Grafindo Persada),7
  • Ngobrol / Ramai pada pelajaran berlangsung

Hal seperti ini sering terjadi pada waktu proses belajar mengajar, mungkin siswa di sini merasa dengan suasana yang begitu-begitu terus menerus yang mana guru hanya menerangkan dan siswa hanya mendengarkan dan mencatat. Oleh karena itu guru harus pandai-pandai menyiasati bagaimana proses belajar mengajar itu bisa berjalan dengan baik dan menyenangkan.

  • Lari dari sekolah pada jam pelajaran berlangsung
  • Merokok

Merokok di sekolah bagi para siswa merupakan tindakan yang melanggar, dan tidak diperbolehkan oleh pihak sekolah, mereka dipandang tidak mempunyai sopan santun dan akhlaq

  • Tidak mengerjakan PR sekolah

Tidak mengerjakan PR bagi siswa dianggap beban berat karena merasa menyita waktunya buat bermain.

  • Tidak memakai ikat pinggang dan kaos kaki

Para siswa tidak memakai ikat pinggang beralasan terburu-buru atau malas sedangkan yang tidak memakai kaos kaki beralasan tidak ketahuan karena ditutupi celana.

  • Sering terlambat datang kesekolah

Siswa yang terlambat disini bukanlah siswa yang jauh rumahnya melainkan siswa yang dekat rumahnya dengan sekolahan

Sedangkan menurut Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya membina nilai-nilai moral yang ditulis Imam Musbikin memerinci bentuk kenakalan remaja, antara lain:

  1. Kenakalan Ringan yang artinya kenakalan yang tidak sampai melanggar hukum, meliputi:
  2. Tidak mau patuh kepada orang tua dan guru
  3. Lari atau bolor dari sekolah
  4. Sering berkelahi
  5. Cara berpakaian yang meniru bintang pujaan
  6. Kenakalan yang mengganggu ketentraman dan keamanan orang lain yang dapat digolongkan sebagai kenakalan yang dapat melanggar hukum, seperti:
  7. Mencuri
  8. Menodong
  9. Kebut-kebutan
  10. Minum-minuman keras
  11. Penyalahgunaan narkotika
  • Kenakalan seksual, meliputi:
  • Terhadap jenis lain
  • Terhadap sejenis20.

Larangan itu sebagaimana dalam firman Allah : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan21. (Q.S. Al Maidah,90)

            4. Faktor-faktor yang Menyebabkan kenakalan Siswa; Remaja

            Sebagaimana kita ketahui bahwa kenakalan merupakan penyimpangan yang bersifat sosial, dan pelanggaran terhadap nilai-nilai moral, nilai-nilai sosial, nilai-nilai luhur agama dan beberapa segi penting yang terkandung didalamnya.

 20. Imam Musbikin, Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja, (Zanafa Publishing), 15 – 1821. Depag RI, Al Qura’an dan Terjemahannya, (Al-Maidah), 90   

Sebenarnya banyak sekali faktor yang menyebabkan kenakalan remaja yang terjadi dan yang terpenting diantaranya adalah Menurut Kartono kartini menyebutkan Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja antara lain: 

  1. Faktor Intern

Yang berkaitannya dengan kejiwaan anak. Faktor kejiwaan memegang peran yang sangat penting dalam kaitannya dengan kenakalan remaja. Umumnya remaja atau anak mengalami gangguan kejiwaan sehubungan dengan perkembangan pribadi semakin pesat. Gangguan kejiwaan remaja yang dapat menyebabkan kenakalan antara lain:

  1. Frutasi

Karena sebagai akibat hambatan-hambatan atau kegagalan anak untuk mencapai sebuah tujuan

  • Mengisolasi Diri

Mungkin seorang anak mengalami tekanan batin yang biasanya akan meyalurkannya denga perbuatan tidak baik, karena mungkin perasaan anak yang tidak merasa aman karena tidak bisa diterima oleh orang tua, oleh anggota masyarakat, oleh guru-guru. Dll

  • Agresi

Bahwa setiap anak mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi salah satu kebutuhan itu akan menghadapkan anak pada kegagalan yang dapat mempengaruhi jiwanya sehingga anak sering melakukan kekerasan.

  • Faktor Keluarga

Adalah sebuah wadah dari permulaan pembentukan pribadi serta tumpuhan dasar fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak . lingkungan keluarga secara potensial dapat membentuk pribadi anak menjadi hidup secara bertanggung jawab, tetapi apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu gagal, akan terbentuk seorang anak yang lebih cenderung melakukan tindakan-tindakan yang bersifat kriminal.

  • Faktor Lingkungan Masyarakat

Bahwa masyarakat adalah bagian dari lingkungan pendidikan setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Oleh sebab itu bagaimana pun kondisi masyarakat di sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempunyai pengaruh terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari.

  • Faktor Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah suatu lingkungan pendidikan yang secara garis besar masih bersifat formal, anak remaja yang masih duduk dibangku SLTP maupun SLTA pada umumnya mereka menghabiskan waktu mereka selama tujuh jam disekolah setiap hari, jadi jangan heran bila lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak. Sekolah bisa menyebabkan timbulnya kenakalan remaja yang mana penyebabnya karena dipicu dari adanya pengaruh teman-temanya.

Dr. Zakiyah Daradjat dalam bukunya Imam Musbikin mengatakan bahwa yang menyebabkan kenakalan remaja diantaranya adalah kurangnya pendidikan moral dengan baik. Karena banyaknya guru sibuk dengan urusan pribadinya tanpa dapat memperhatikan perkembangan moral anak didiknya, anak hanya bisa diberi teori belaka sementara dalam prateknya guru  melanggar teori yang telah disampaikan pada anak didiknya22.

  • Strategi Guru Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa; Remaja

Strategi berarti segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperolah hasil yang diharapkan secara maksimal. Strategi pedidikan pada hakikatnya adalah pengetahuan atau seni mendayagunakan sumua faktor atau kekuatan untuk mengamankan sasaran kependidikan yang hendak dicapai melalui perencanaan dan pengarahan dalam operasional sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan yang ada, termasuk ula perhitungan tentang hambatan-hambatan23.

 22. Imam Musbikin, mengatasi kenakalan siswa remaja, (Zanafa Publishing), 23-2623. Moh. Haitami Salim & Syamsul kurniawan,Study Ilmu Pendidikan Islam, (Ar-ruzz      Media),  210

Dalam menghadapi remaja, ada beberapa hal yang harus selalu diingat, yaitu bahwa jiwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak (strum and drang) dan bahwa lingkungan sosia remaja juga ditandai dengan perubahan sosial yang cepat yang mengakibatkan kesimpangsiuran norma (keadaan anomie). Kondisi internal dan eksternal yang sama-sama bergejolak inilah yang menyebabkan masa remaja memang lebih rawan daripada tahap-tahap lain24.

Oleh karena itu ada beberapa upaya untuk menanggulangi kenakalan remaja antara lain:

  1. Pendekatan Tarbiyah (cara mendidik)
  2. Mendidik Melalui Pengembangan

Yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik pada Allah SWT yang telah ditananmkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah hanya berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Dengan melalui proses belajar mengajar pendidikan Aqidah Akhlaq diharapkan terjadinya perubahan dalam diri anak baik aspek kognitif, efektif maupun psikomotor.    

 24. Sarlito W. Sarwono,Psikologi Remaja, (Raja Grafindo Persada, 2012),280
  • Medidik Melalui Pengalaman

Syaiful Bahri Djamrah dan kawan-kawannya menyatkan bahwa pengalaman yang dilalui seseorang adalah guru yang baik. Pengalaman pun juga, belajar dari pengalaman adalah lebih baik dari sekedar bicara dan tidak pernah berbuat sama sekali.

Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup namun tidak semua pengelaman yang bersifat mendidik, suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik jika guru tidak membawa kearah pendidikan akan tetapi menyelewengkan dari tujuan itu. Memberi pengalaman yang edukatif kepada anak didik berpusat kepada tujuan yang memberikan arti terhadap kehidupan anak interaktif dengan lingkungannya.

  • Mendidik Melalui Keteladanan

Rasulullah adalah panutan terbaik bagi umatnya, pada diri beliau senantiasa ditemukan tauladan yang baik serta kepribadian yang mulia sifat-sifat yang ada pada beliau adalah Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah.

Dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta didiknya, teladan dalam semua kebaikan dan bukan sebaliknya.

  • Mendidik Melalui Pembiasaan

Pembiasaan suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.

Dengan pembiasaan pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari.

  • Mendidik Melalui Emosional

Untuk menggugah perasaan dan emosi remaja dalam meyakini ajaran islam serta dapat merasakan mana yang baik dan buruk.emosi adalah gejala kejiwaan yag ada dalam diri seseorang. Metode mengajara yang digunakan dalam penekan perasaan adalah metode ceramah, sosio drama, dan cerita (kisah).

  • Mendidik Melalui Penanaman Nilai

Dengan adanya penanaman nilai ini kesehatan jiwa peserta didik akan sangat membantu, dan bisa mengontrol dari bentuk-bentuk kenakalan yang akan dilakukan diluar sana25.      

 25. Imam Musbikin, mengatasi kenakalan siswa remaja, (Zanafa Publishing),214-216
  • Pendekatan Preventif (Pencegahan)

Menurut Singgih D. Gunarsa mengatakan tindakan preventif ini merupakan suatu tindakan yang berfungsi untuk mencegah timbulnya kenakalan remaja. Terkait dalam mengatasi kenakalan remaja tindakan preventif ini dilakukan secara sistematis,terencana, dan terarah, untuk menjaga agar kenakalan itu tidak timbul26.

Berbagai upaya preventif dapat dilakukan secara garis besar atas tiga bagian :

  1. Keluarga atau Rumah Tangga

Dalam hal ini seharusnya :

  1. Orang tua menciptakan kehidupan rumah tanggah yang beragama, artinya membuat suasana rumah tangga atau keluarga menjadi kehidupan yang taat dan taqwa kepada Allah di dalam kehidupan sehari – hari.
  2. Menciptakan keluarga yang harmonis, artinya diaman hubungan ayah, ibu, dan anak tidak dapat percekcokan atau pertentangan
  3. Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang anata ayah, ibu dan keluarga lainnya dirumah tangga dalam mendidik anak-anak.
 26. Ibid,72

Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak, artinya kasih sayang yang wajar bukanlah dalam hal materi berlebihan, akan tetapi dalam bentuk hubungan psikologi dimana orang tua dapat memahami perasaan anaknya dan mampu mengatisipasinya dengan cara-cara edukatif.

  • Memberiken perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak. Memberikan perhatian kepada anak berarti menumbukan kewibawaan pada orang tua dan kewibawaan akan menimbulkan sikap kepenurutan yang wajar kepada anak didik.
  • Upaya Lewat Pendidikan

Upaya yang perlu dilakukan adalah :

  1. Guru hendaknya memahami aspek-aspek spikis murid
  2. Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan beribawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum lainya
  3. Mengintesifkan bagian bimbingan dan konseling disekolah dengan cara mengadakan tenaga ahli atau menatar guru-guru dalam bagian ini
  4. Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru
  5. Melengkapi fasilitas sekolah, dengan lengkapnya fasilitas sekolah tersebut akan dapat digunakan untuk mengisi waktu luang misalnya selama libur sekolah.
  6. Perbaikan ekonomi guru, dengan gaji guru yang kecil besar kemungkinan ia mencari tambahan di luar sekolah, jika gaji guru cukup dan mempunyai rumah yang layak tentu ia mempunyai waktu untuk memikirkan tugasnya sebagai seorang guru dan akan mempunyai kesempatan untuk membina diri sendiri, dengan demikian mutu guru akan tambah meningkat dan sekaligus pembinaan anak didik akan terjamin.
  7. Upaya di Masyarakat

Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga sesudah rumah dan sekolah. Ketiganya haruslah mempunyai keseragaan dalam mengarahkan anak untuk tercapainya tujuan pendidikan29.   

  • Pendekatan Kuratif (Penyembuhan)

Upaya kuratif dalam menanggulangi kenakalan remaja adalah upaya antisipasi terhadap gejala-gejala kenakalan remaja tersebut, supaya kenakalan tersebut tidak meluas dan merugikan masyarakat.

Lebih jauh upaya kuratif (penyembuhan) atau rehabilitas ini bisa dilakukan dalam beberapa bentuk :

  1. Bidang Mental Spiritual
 27. Ibid,  218 – 221

Dalam perawatan jiwa, diantara penyebab gangguan kejiwaan adalah rasa salah atau berdosa. Anak yang terlanjur nakal apabila tidak ditolong mungkin akan semakin tenggelam dengan kenakalannya. Secara tidak sadar hal itu akan membuat mereka semakin menderita oleh rasa dosa yang ditekan dan tidak menutup kemungkinan untuk mengatasinya mereka semakin jauh dari kehidupan sehat.

  • Bidang Fisik

Yang perlu diperhatikan dlaam bidang ini adalah kesehatan remaja. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian latihan-latihan olahraga, pengisian waktu luang yang sehat dan makanan yang sehat. Jangan sampai mereka merasa disakiti karena itu dilarang agama.

  • Bidang sosial
 28. Ibid, hlm 222-223

Dalam memperbaiki bidang ini suasana keagamaan harus benar-benar dihidupkan dikalangan anak dan remaja agar mereka mempunyai kecenderungan untuk menjalankan agama dan merasa diterima di tengah-tengah masyarakat28.      

  • Penutup
  • Faktor-faktor Menyebabkan Kenakalan Siswa; Remaja anatar lain :
  • Lingkungan Keluarga:
  • Disharmonis keluarga dan broken home (perpecahan keluarga)
  • Karena kurang rasa kasih sayang dan perhatian dari orang tua
  • Masalah ekonomi yang pas-pasan sehingga kebutuhan anak tidak bisa terpenuhi
  • Lingkungan sekolah yaitu situasi yang kurang mendukung misalnya dari teman bergaulnya.
  • Lingkungan masyarakat adalah lingkungan yang terluas bagi remaja dan adanya kemajuan teknologi yang disalahgunakan.
  • Strategi Guru Menanggulangi Kenakalan Siswa; Remaja
  • Strategi Preventif :
  • Mengadakan kegiatan keagamaan
  • Menjalin kerja sama antara sekolah dengan orang tua siswa, hubungan guru, orang tua siswa dan juga masyarakat adalah salah satu sarana administrasi pendidikan
  • Strategi Kuratif (Penyembuhan)
  • Mengadakan pendekatan langsung kepada siswa yang bermasalah (Bimbingan pribadi)
  • Menekankan Pembinaan moral

Leave a Reply